Informatika Mesir
Home Suara Mayoritas Tujuh Aksara SI PPI Dunia 2016, Mau dibawa Kemana?

Tujuh Aksara SI PPI Dunia 2016, Mau dibawa Kemana?

2016 adalah tahun bersejarah bagi Indonesia sebagai negara yang pondasi terkokohnya adalah pemuda, pasak yang tertanam jauh di dalamnya adalah semangat untuk berjuang, berkorban, dan memberi. Cairo juga menjadi saksi bersejarah, ketika ribuan pemuda Indonesia mengorbankan dan mengerahkan kekuatan maksimal untuk bersama berpikir keras demi menelurkan sumbangsih helaan nafas kemajuan untuk negeri yang teramat dicintai, Indonesia. Simposium Internasional yang berlangsung dari tanggal 24 Juli hingga 28 Juli 2016 ini dihadiri oleh para delegasi PPI Negara, delegasi BEM kampus Indonesia, delegasi PPMI Mesir, dan para peserta umum dari kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir.


Kumpulan pemuda ini saling bersinergi  satu sama lain, berdiskusi, bertukar pikiran, saling berbagi ide, mencari simpul-simpul permasalahan dan tentu berusaha untuk mencari solusi yang terbaik. Acara ini mengantarkan para pemuda untuk memasuki pintu gerbang sesungguhnya dalam membenahi dan memajukan negeri Khatulistiwa. Simposium Internasional di Cairo mewadahi para pemuda dalam melahirkan Tujuh Aksara rancangan nilai-nilai kemajuan untuk Indonesia, setelah sebelumnya membahasempat pilar utama negara Indonesia: agama, politik, ekonomi, pendidikan dan budaya,selama penyelenggaraan acara. Tujuh aksara poin rekomendasi pun diajukan dan disampaikan langsung kepada pemerintah Indonesia.
Setelah berakhirnya acara ini, muncul pertanyaan besar, mau dibawa kemana Tujuh butir ide anak bangsa ini? Apakah hanya sekedar celotehan pemuda labil, atau betul-betul sebuah pacuan dan tanjakan untuk progres Indonesia kedepannya? Bagaimana tanggapan pemerintah terhadap usulan-usulan ini? Siapakah yang dituntut untuk mengimplementasikan butiran-butiran gagasan anak bangsa ini? Tentunya kita semua bertanya.
Steven Guntur selaku koordinator PPI Dunia 2015-2016 mengungkapkan bahwa tugas membangun bangsa bukan hanya menjadi tugas pemerintah semata, lebih dari itu, juga adalah tugas setiap rakyatnya. “Setiap komisi dengan rutin mengadakan rapat untuk memastikan setiap butir tersebut dilaksanakan tepat waktu. Setiap butir dalam Rencana Aksi tersebut dilaksanakan oleh Penanggung Jawabnya yang terdiri dari PPI Negara dan BEM Universitas di Indonesia, dan diawasi oleh setiap Penanggung Jawab Komisi yang kemudian bertanggungjawab kepada Divisi P2EKA yang berada dibawah naungan PPI Dunia,” ujarnya memaparkan langkah relevan yang diambil oleh PPI Dunia untuk merealisasikan hasil simposium.
Intan Irani, dari PPI Italia selaku koordinator PPIdunia 2016-201Tujuh yang baru dilantik ketika Simposium di Cairo kemarin menegaskan dalam sebuah wawancara melalui media sosial Instagram. “Simposium Cairo telah menghasilkan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Rencana aksi yang dihasilkan langsung turun ke grass rootstiap-tiap isu yang diangkat dalam simposium. Mengenai tindak lanjut terkait Tujuh butir yang telah dihasilkan dalam simposium, PPI Dunia dan semua yang terlibat di dalamnya langsung bergerak cepat. Sekarang PPI Dunia sedang menyusun proposal terkait hasil simposium dan membuat list tokoh-tokoh yang akan berkontribusi dalam mewujudkan Tujuh butir  aksi nyata ini. Di sisi lain, pihak dewan Presidium PPI Dunia segera melakukan sosialisasi dengan pihak pemerintah yang diharapkan dapat membantu terwujudnya rencana aksi ini.”
Imdad Azizi selaku ketua umum Simposium Internasional Kairo juga satu suara dengan Intan Irani, Imdad menambahkan bahwa Simposium Kairo kemarin benar-benar berbeda dengan simposium sebelumnya. Jika dahulu hanya menghasilkan rekomendasi-rekomendasi usang, maka pada simposium kali ini benar-benar berbuat beda. Para peserta dibagi menjadi 4 komisi, yaitu politik, ekonomi, pendidikan, dan agama. Tiap komisi tersebut terdiri dari delegasi PPI Dunia, Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM), dan delegasi Masisir. Tiap komisi ini mengawal langsung Tujuh butir rekomendasi dan memastikan bahwa ide mereka tidak hanya sebuah bualan belaka. Tim pengawal rencana aksi sudah dibentuk, sehingga hasil simposium ini benar-benar kongkrit dalam hal pengaplikasiannya. Bahkan Bapak Helmy Fauzy selaku Duta Besar Indonesia di Mesir dalam sambutannya di acara Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Simposium Kairo berkata, “Tujuh butir hasil dari simposium ini akan saya sampaikan langsung ke pemerintah, akan kami back up sepenuhnya.” Tentunya seluruh PPI Dunia sendiri dan seluruh kampus di Indonesia akan dilibatkan di sini.
PPI Dunia di bawah komando baru Intan Irani bergerak cepat menyikapi strategi-strategi dalam merealisasikan ide besar tersebut.
Pada bidang agama, adanya pembentukan tim media kerohanian di PPI Dunia guna membentuk buku atau video tentang isu-isu agama yang dikemas secara menarik dan mudah dipahami menjadi langkah awal yang ditempuh. Selain itu, diskusi online untuk menangani meningkatnya radikalisme dan ekstremisme di Indonesia semakin menampakkan keseriusan PPI Dunia dan semua yang terlibat dalam Simposium Internasional Kairo.
Pada bidang pendidikan, para delegasi menghimpun gerakan pembangunan 100 sekolah dasar, perpustakaan keliling, pengumpulan koin untuk guru, dan kelas inspirasi untuk para siswa SMA di wilayah marginal. Khusus untuk program kelas inspirasi, program ini akan diadakan secara online (video,web, dan aplikasi).Kegiatan ini dipimpin oleh saudara Hatta Bagus Himawan dari PPI Belanda,dan salah satu program PPI Belanda yang sangat inspiratif ini menjadi alasan terpilihnya mereka dalam penghargaan program pendidikan terbaik. Selain PPI Belanda, kegiatan ini juga dimotori oleh BEM Telkom Gaza.
Kemudian pada bidang politik, ide untuk memperkuat tim kajian Papua dilakukan, tim kajian Papua PPI Dunia ini dikoordinasi langsung oleh PPI UK, kemudian tulisan hasil kajian  mengenai papua dikirimkan ke seluruh media di negara masing-masing PPI negara tiap 3 bulan sekali. Kegiatan lintas budaya dengan bertemakan demokrasi di Indonesia tak luput dari rencana panel politik, dikoordinir oleh PPI Negara Timur Tengah dan Afrika, kegiatan ini dijadwalkan akan dilakukan minimal sekali dalam periode kepengurusan.
Terakhir, panel ekonomi yang difasilitori oleh Dewa Frendika, ahli urban planning menggagaskan pembangunan dan pembinaan perekonomian masyarakat Indonesia di level grass root. Metodenya yaitu memilih  desa binaan dengan berkerja sama bersama LPPM IPB, UIN Jakarta, UIN Palembang, UNPAD,dan  UGM. Berkaitan dengan hal ini pula, akan diselengggarakan  wacana summer vacation collaboration antara PPI Dunia dan BEM untuk memberikan kontribusi nyata terhadap rencana bina desa.
Para pemuda-pemudi bangsa yang terlibat dalam simposium ini telah mengerahkan segala kemampuannya demi kemajuan bangsa Indonesia. Inilah bukti nyata jika pemuda-pemudi Indonesia betul-betul peduli dan siap memoles Indonesia, menjadikan Indonesia indah dipandang dari berbagai arah.  Ide-ide telah ditelurkan, aksi-aksi nyata satu per satu diwujudkan dalam berbagai bungkus pergerakan. Sudah menjadi kewajiban kita, sebagai sesama pemuda untuk mendukung dan masuk ke dalam barisan PPI Dunia, guna mewujudkan apa yang telah dipelopori agar mampu berkontribusi positif dalam kemajuan Indonesia. Zaman sekarang bukanlah zamannya mahasiswa yang hanya pandai beretorika, akan tetapi mahasiswa dituntut untuk tidak segan turun langsung ke akar permasalahan dan memberikan solusi nyata untuk Indonesia.
Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad