Informatika Mesir
Home Hard News Seminar PMIK 1, Muhammad Nasrullah : Turats Adalah Jalan untuk Memahami Alquran dan Sunah

Seminar PMIK 1, Muhammad Nasrullah : Turats Adalah Jalan untuk Memahami Alquran dan Sunah

Kanan Azhar Falahan moderator seminar, M. Nasrullah pemateri pertama, Agung Saputro pemateri kedua dan Saiful Millah pemateri ketiga. (Foto Susi Arrahman)
Kairo, Informatika Mesir — Dewan Pengurus Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo (PMIK) pada hari Jumat (03/11) mengadakan Seminar bertajuk “Pemetaan Turats dan Peran Maktabah dalam Peradaban Islam”. Salah satu materi inti dari seminar ini yakni membahas turats dan peranannya. Muhammad Nasrullah sebagai pemateri menyampaikan, para ulama sejak abad ke-2 hijriah sudah mulai menulis buku untuk menjelaskan isi kandungan Alquran dan Sunah, hal ini karena pada abad tersebut sudah banyak penganut Islam selain bangsa Arab dan meski orang Arab tapi tidak paham dengan maksud isi kandungan keduanya.  

”Ketika agama Islam ini tersebar ke luar negeri Arab, mulailah para ulama menulis kitab penjelasan tentang isi kandungan Alqur’an dan Sunah  dan turats adalah jalan untuk memahami keduanya,” jelas Ustaz Nasrullah, Mahasiswa Fakultas Bahasa Arab ini.

Ketika membuka sesi pertama seminar yang dimoderatori oleh Azhar Falahan, Mahasiswa Ushuluddin Univ. Al-Azhar Kairo, Cak Nasrul sapaan akrabnya menyatakan, untuk memahami turats ini dibutuhkan kajian lebih serius. Dalam orasi ilmiahnya ia menjelaskan melalui pendekatan zaman, menurutnya, sebelum memahami turats, perlu memahami sejarah turats terlebih dahulu.

”Para ulama pada awalnya melihat kebutuhan umat Islam kepada penjelasan tentang hukum-hukum yang ada dalam Alquran dan Sunah, disaat kodifikasi disiplin ilmu dalam Islam sudah sempurna pada abad 4 atau 5 H, kemudian para ulama di abad-abad  setelahnya juga melihat kebutuhan umat Islam untuk memahami disiplin-disiplin ilmu tersebut supaya bisa dipahami lebih mudah melihat semakin jauhnya jarak kepada masa Alquran dan Sunah itu turun dan juga semakin tersebar luasnya Islam ke berbagai penjuru maka untuk mempermudah memahami syari’at Islam  dibuatlah matan (abad 6,7), kemudian syarah (abad 9,10), hasyiyah(catatan pinggir pada abad 11,12) sampai taqrirah (catatan kaki pada abad 11,12),” jelasnya.

Setelah menerangkan sejarah turats, Nasrullah mengatakan, seorang Azhari seharusnya tidak sembarangan dalam memahami Alquran dan Sunnah, Azhari harus mengikuti ulama sebagaimana dilihat dari sejarah turatsberkembang  yakni dengan mengkaji dan memahami turats.
”Selaku pencari ilmu kita harus berjuang dengan cara mengikuti jalan yang ulama tempuh dalam belajar ini,” tuturnya.

Ketika membahas cara memahami turats, Ustaz Nasrullah mengutip perkatan Syeikh Ali Jum’ah, dalam belajar ini kita membutuhkan 5 komponen ilmu yakni guru, murid, kitab, bi’ah (lingkungan) dan manhaj (metode). Selain itu diperlukan memahami ilmu alat terlebih dahulu seperti grammar bahasa Arab, Ilmu Mantik, dan  Ushul Fiqh.
Antusiasme peserta saat mengikuti seminar. (Foto Susi Arrahman)


Di akhir pembahasan, Ustaz asal Jombang, Jawa Timur ini mengatakan, membaca turats itu tidak semudah membaca novel, untuk memahaminya harus diulang-ulang, memahami kitab tidak cukup terhenti dengan sekali membaca saja, perlu muraja’ah atau pengulangan, praktik dan juga berdo’a agar ilmu yang didapatkan bisa bermanfa’at.

Acara ini diisi oleh tiga pemateri, Ustaz M. Nasrullah sebagai pemateri Turatsdan Perannya, Ustaz Agung Saputro pemateri Pemetaan Turats dan Ustaz Saiful Millah pemateri Peran Maktabah dalam Peradaban Islam. Hadir dalam acara ini perwakilan Atdikbud KBRI Kairo, Bapak Wahyudi, Wakil Presiden PPMI, Fakhry Emil Habib, Lc., dan juga Wakil Ketua Wihdah-PPMI Mesir 2016-2017, Ainur Rumaisa, Lc.

Rep. Abdul Fatah Amrullah

Red. Albi Tisnadi  
Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad