Informatika Mesir
Home Beranda Sejumlah 560 Ribu EGP Dalam Waktu 3 Bulan, Ke Mana Saja Alokasi Dana PPMI Mesir?

Sejumlah 560 Ribu EGP Dalam Waktu 3 Bulan, Ke Mana Saja Alokasi Dana PPMI Mesir?

Ilustrasi laporan keuangan (Sumber: completecontroller.com)

Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir merupakan organisasi induk yang menghimpun para pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir). Terhitung sejak 2013, organisasi ini menggunakan sistem pemerintahan mahasiswa atau Student Government System (SGS). Dalam sistem ini PPMI Mesir dianalogikan layaknya miniatur negara yang mempunyai pemerintahan.


Sebagai organisasi induk, PPMI Mesir tentunya menaungi banyak organisasi–organisasi dengan berbagai kepentingan dan corak yang ikut menyemarakkan dinamika Masisir. Pada dasarnya, PPMI Mesir adalah wadah berkumpulnya mahasiswa demi mencapai tujuan bersama, namun harus tetap sesuai dengan AD/ART yang telah disetujui. Tidak boleh keluar dari rambu-rambu utama tugas dan fungsi, namun tidak kehilangan daya kritis dan tetap berjuang atas nama pelajar dan mahasiswa, bukan pribadi atau golongan.


Adapun hal fundamental yang menjadi sumber keberlangsungan organisasi adalah pendanaan. Bagaimana sirkulasi keuangan, laporan keuangan kegiatan maupun transparasi anggaran. Keuangan organisasi adalah hal yang sangat krusial.


Berbicara mengenai keuangan suatu organisasi merupakan ranah yang sangat sensitif. Guna meminimalisir dugaan-dugaan tindakan korupsi ataupun ketidaktahuan anggota PPMI Mesir yaitu pelajar dan mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) terhadap pengelolaan keuangan PPMI Mesir, termasuk didalamnya pengalokasian dana maupun nominal perlu adanya asas transparansi. Sampai saat ini jumlah anggota PPMI Mesir mencapai 10.000 pelajar dan mahasiswa. Dalam hal ini Masisir sebagai anggota PPMI Mesir mempunyai hak untuk mengetahui ke mana arah dan dari mana sumber dana PPMI Mesir.


Oleh karena itu, pada Rabu, (23/04/21), Kru Informatika mewawancarai Khairuriza selaku Bendahara umum PPMI Mesir 2020-2021, untuk meminta penjelasan terkait transparansi keuangan dan pengalokasian keuangan PPMI Mesir 2020-2021.


Kru Informatika (KI) : Pada termin satu ada beberapa kegiatan yang sudah disahkan dalam APBO tetapi tidak terealisasi, namun ada beberapa kegiatan diluar APBO yang justru terealisasi. Bisa dikatakan anggaran dialokasikan ke kegiatan lain. Bagaimana pertimbangan terkait hal-hal tersebut?
Khairuriza (Ka) : Faktor adanya anggaran yang dialokasikan terbagi menjadi dua hal. Pertama, program sama tetapi nama diubah. Contohnya Masisir Berdialog menjadi Student Dialogue Community (SDC). Dengan konsep yang sama tetapi kita hanya merebrand (mengubah merek, red) acara dan itu tidak mengalihkan. Adapun contoh lainnya HUT Kemerdekaan RI menjadi Masisir Virtual Project dalam memperingati HUT RI. Terkait apakah ada pengalihan, sejauh yang saya ingat sebenarnya pengalihan langsung itu tidak ada. Program itu pilihannya dilaksanakan atau tidak dilaksanakan.

Banyak faktor penyebab sehingga ada program yang tidak terlaksana. Seperti adanya kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM), waktu, dan tidak adanya dana. Saldo kas PPMI (Mesir, red) tahun lalu (2019-2020, red) itu hanya sekitar dibawah 30.000 pound Mesir. Sedangkan yang dianggarkan itu mencapai ratusan. Dengan prediksi kita saat itu bahwa uang mahasiswa baru (maba) bisa turun lebih cepat. Faktanya uang maba masuk pada pertengahan Oktober dan terakhir bulan Januari-Februari. Inilah yang membuat kita tidak melaksanakan program tadi.

Lalu terkait adanya program baru yang tidak dianggarkan di APBO seperti Sehari bersama Sandi, Hari Santri Nasional (HSN), sebenarnya yang menjadi faktor adalah momen. Kita tidak menduga bahwa Pak Sandi datang pada tahun itu, lalu kita memanfaatkan momen untuk bisa berdialog dengan beliau. Adapun faktor kedua adanya anggaran yang dialokasikan adalah setiap pengeluaran atau program kerja diluar yang dianggarkan dalam APBO itu selalu menggunakan mekanisme yaitu meminta izin kepada komisi terkait. Komisi memberikan persetujuan, baru bisa kita keluarkan dananya.

Rencana Aktivitas Pembelanjaan dan Pendanaan PPMI Mesir (Sumber: Berita Acara Sidang Pleno III BPA PPMI Mesir 2020-2021)

KI : April lalu, APBO termin dua disahkan dengan total 562.436 pound Mesir. Untuk merealisasikannya waktu yang ada hanya sekitar 3 bulan yaitu dimulai dari disahkannya APBO hingga Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ). Sementara di bulan Ramadhan ini kita melihat minimnya kegiatan. Sekiranya apa program-program yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu dua bulan sebelum LPJ, dan akan terlaksana seperti apa program-program ini?
(Ka) : Terkait efektivitas waktu, sebenarnya sudah kita ingatkan di awal. Program kerja jangan teralu banyak, cukup 2 atau 3 saja. Asalkan itu efektif. Kecuali program rutin seperti yang dilakukan Menteri Koordinator (Menko) 4 sekarang.


Sebenarnya kalau kita telisik lagi anggaran tadi, sebenarnya justru anggaran yang sifatnya kegiatan atau kepanitiaan ataupun acara yang mengundang massa banyak, hanya sedikit sekali. Bisa kita lihat anggaran di Menko 4. Kebanyakan anggaran digunakan untuk membeli inventaris sehingga mencapai 70.000 bahkan 80.000 (pound Mesir, red) lebih. Kemudian kita telisik anggaran di Badan Pengurus Harian (BPH) itu normal, yaitu hanya anggaran operasional yang sewaktu-waktu digunakan ataupun tidak. Terdapat pula pengurusan legalitas itu yang paling besar. Terkait Menko 1, 2 dan 3 itu sifatnya sama, jenis kegiatan yang dilakukan tahun lalu dilakukan lagi sekarang, seperti program rutin tetapi bulanan. Hanya di Menko 1 ditambah Kelompok Belajar Bahasa Arab. Dan juga di Menko 2 itu ada SDC dan Simposium. Simposium ini walaupun eventnya dilaksanakan Mei tetapi persiapannya sudah dari jauh hari. Bahkan dari termin satu. Jadi memang dana itu besar karena kegiatan yang besar-besar ini finalnya menumpuk dibulan setelah puasa tetapi persiapannya mulai dari sekarang. Oleh karena itu anggaran terlihat membengkak tetapi itu sebenarnya finalisasi saja. Bukan hanya Simposium, juga seperti Indonesia Games juga.


(KI) : APBO untuk Simposium PPID Kawasan Timur Tengah dan Afrika ( PPIDK Timtengka) mencapai 50.000 Pound Mesir. Padahal Simposium ini merupakan program PPIDK Timtengka dan pendanaan simposium seharusnya dibebankan kepada PPIDK Timtengka. Apakah faktor bahwasannya PPMI Mesir menjadi tuan rumah dan kita mengeluarkan anggaran sebegitu banyak?
(Ka) : Benar anggaran hampir milyaran. Tetapi sekarang karena hybrid banyak kegiatan yang dipotong. Salah satunya kita dulu berencana di Kairo dan Alexandria sekarang hanya di Kairo saja. Kalau anggaran pastinya saya lupa, tetapi memang yang dianggarkan di PPMI Mesir 50.000 pound Mesir dengan alasan sebagai bentuk kontribusi PPMI Mesir sebagai tuan rumah. Adapun bentuk kontribusi dari negara-negara lain ketika mereka mengirimkan delegasi dan membayar pendaftaran. Itu juga yang kita gunakan sebagai untuk pemasukan. Jadi walaupun istilahnya itu acara Timtengka tetapi setiap tuan rumah juga berkontribusi dengan acara itu.

(KI) : Apakah feedback (umpan balik) besar Simposium PPIDK Timtengka untuk PPMI Mesir sebagai tuan rumah, terkait dana atau finansial?
(Ka) : Kalau pertanyaan terkait feedback besar sebenarnya bukan ranah saya sebagai bendahara untuk menjawabnya. Namun jika terkait feedback dana ataupun finansial terhadap PPMI Mesir itu benar ranah saya. Secara umum, untuk masisir justru ini sebagai ruang aktualisasi, berkreatifitas, dan ruang mereka berkreasi bagaimana dalam menyambut delegasi-delagasi, dan juga ajang promosi PPMI Mesir tentunya. Terkait feedback menguntungkan secara finansial, tentu jawabannya bukan itu orientasi kita. Tetapi orientasi kita adalah menjadi tuan rumah yang sebaik-baiknya. Apakah nanti biaya besar atau kecil itu murni menggunakan knowledge (pengetahuan, red) dan wisdom (kebijaksanaan, red) kita untuk mengelola dana dalam Simposium. Tapi kemungkinan jika proposal itu goal besar, ya PPMI Mesir tentu mendapatkan keuntungan finansial.

(KI) : Terkait Badan Usaha Milik Organisasi (BUMO) PPMI Mesir sebagai ladang pencarian pemasukan untuk PPMI Mesir dengan menggunakan sistem bagi hasil antara PPMI Mesir dengan mitra. Kemudian estimasi keuntungan APBO termin dua tercatat 45.392 pound Mesir. Apakah sampai sekarang sudah adakah feedback besar dari BUMO untuk PPMI Mesir?
(Ka) : Sebenarnya termin satu kemarin, itu ada beberapa bulan kita menikmati hasil BUMO untuk survive (bertahan, red). Sekarang pada tahun ini pendapatan BUMO dilihat masih diakui sebagai piutang bukan sebagai kas. Itu karena kita melihat untuk sementara kas dari iuran pangkal maba itu masih mencukupi operasional PPMI Mesir di termin dua ini. Oleh karena itu, uang BUMO ditahan dulu dan penghasilan dari BUMO tidak kita tarik. Terkait bentuk manisnya itu tergantung pengelolaan kita. Tahun lalu hasil BUMO digunakan untuk menambah aset. Tahun ini dikarenakan kondisi Covid kita tidak bisa menambah aset, jadi kita harus menggunakan pendapatan tadi untuk operasional. Kalau ditanya hal itu manis apa enggak, itu bagi kita manis banget. Walaupun temus (tenaga musiman haji, red) tidak ada dan uang tidak terlalu banyak dengan adanya BUMO, alhamdulillah termin satu PPMI Mesir bisa survive.

Reporter: Indri Raisa Hanum
Editor: Naya Salsa

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad