Informatika Mesir
Home Aktualita Miftah Wibowo Komentari Masisir Kurang Peduli Warisan Terdahulu

Miftah Wibowo Komentari Masisir Kurang Peduli Warisan Terdahulu

Suasana Pameran Jejak Ulama Jawi di Kairo. (Sumber: Dokumentasi Informatika/Hanisa)

Informatikamesir.net, Kairo — Menurut Miftah Wibowo, Kurator Galeri dalam “Pameran Jejak Ulama Jawi di Kairo”, Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) disinyalir kurang mempunyai rasa kepemilikan terhadap warisan-warisan ulama nusantara terdahulu. Hal ini terindikasikan dari minimnya jumlah Masisir yang berkunjung ke pameran tersebut.

Hal itu ia katakan didukung oleh faktor lain, yakni kesibukan Masisir dengan segala aktivitasnya, sehingga Masisir yang hadir pada pameran tersebut lebih sedikit daripada non-Masisir.

“Kebanyakan dari Malaysia karena kan Malaysia juga, mungkin gini ya, menurut teori saya, bisa salah dan bisa benar juga, karena di Indonesia tulisan pegon tidak dipakai lagi. Aksara jawi hanya dipakai di pesantren, bukan ranah resmi. Tapi kalau di Malaysia itu masih dipakai, di beberapa negara kerajaan itu masih dipakai buat nama jalan,” jelas Miftah kepada Informatika, Kamis, (1/4) kemarin.

Itulah yang ia katakan menjadi penyebab timbulnya rasa kepemilikan mahasiswa Malaysia atas warisan tersebut, dengan menganggap bahwa warisan itu juga bisa menjadi jembatan intelektual ulama dari masa lalu ke masa sekarang. Miftah sangat menyayangkan akan hal tersebut, melihat 80% koleksi yang mereka paparkan merupakan warisan Ulama Nusantara.

Miftah juga menambahkan, para pengunjung memiliki kriteria sendiri; rasa memiliki sejarah bangsanya. Karena orang melayu pada umumnya, mulai dari sebelah timur Sumatera sampai Aceh, hingga ke semenanjung Malaysia, mereka masih memakai itu.

Meskipun begitu, Dede Rahmatul Farid, Eksekutor acara tersebut menerangkan, dalam data tertulis pengunjung Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo (PMIK), tidak semua pengunjung ikut serta dalam mengisi kolom asal negaranya.

“Namun nggak semua orang ngisi kolom negara asal. Kita kan belum penutupan juga.  Nanti kalo mau dihitung pastinya, bisa setelah acara. Kalau dalam penglihatan mata aja sih 60 banding 40, Malaysia lebih banyak,” pungkasnya saat diwawancarai kru Informatika, Sabtu, (3/4) kemarin, via WhatsApp.

Reporter: Hanisa Zulistia

Editor: Defri Cahyo Husain

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad