Informatika Mesir
Home Beranda Menjawab Kegaduhan Masisir Soal Dana Abadi: Ini yang Sebenarnya Terjadi

Menjawab Kegaduhan Masisir Soal Dana Abadi: Ini yang Sebenarnya Terjadi

Oleh: Ari Pratama Syuhada (Wakil Sekretaris Jenderal PPMI Mesir 2023/2024)

Kegaduhan, hiruk-pikuk, serta spekulasi liar yang beredar menyoal dana abadi PPMI Mesir beberapa waktu belakangan semakin tak terbendung. Demi menyelamatkan beberapa orang dari ‘keresahan’ yang merisaukan makan-tidur mereka, yang kemudian memantik kepeduliannya terhadap apa yang sebenarnya terjadi di tubuh PPMI Mesir, saya terdorong untuk membuat tulisan ini agar informasi yang diterima oleh pembaca bersumber dari dua arah.

Apa yang sebenarnya terjadi soal keuangan PPMI Mesir, untuk level pemahaman global yang perlu publik ketahui sebetulnya sederhana. Saya menjadi saksi hidup bagaimana uang sebesar 40.000 EGP yang bersumber dari dana abadi PPMI Mesir itu dialokasikan. Dan setelah beberapa informasi tambahan yang saya dapatkan, secara kronologis, saya juga dapat menceritakan bagaimana uang itu keluar dari brankas lalu berlabuh ke tangan siapa dan untuk apa. Cerita ini dapat saya pertanggungjawabkan.

Meluruskan Pernyataan Defri Cahyo dengan Akal Sehat

Dalam tulisannya yang dimuat di laman website wawasankksmesir.com, Defri Cahyo Husain, Dewan Pimpinan MPA PPMI Mesir periode 2022/2023, menyoroti pernyataan Khalid Saifullah, Bendahara Umum PPMI yang ia sampaikan pada sidang Laporan Kerja Semester (LKS) DP PPMI pada 20 Februari lalu. Khalid menyebutkan bahwa uang fisik di brankas ‘dana abadi’ tidak selaras dengan catatan dikarenakan bercampur dengan dana operasional kegiatan Ormaba. Uang sejumlah 40.000 EGP dari dana abadi dipakai untuk kegiatan Ormaba, singkatnya demikian.

Defri—yang di pembuka paragraf tulisannya mengenai hal ini mengajak pembaca mengaktifkan akal sehat mereka— tidak memercayai pernyataan Khalid tersebut. Menurutnya, dana senilai 40.000 EGP yang terpakai sebelum kegiatan Ormaba itu berlangsung (Pra-Ormaba)—karena sidang LKS diadakan sebelum Ormaba— terlalu besar. Bahkan ia menganggap ini lelucon, yang sengaja dilemparkan oleh Khalid.

Faktanya, untuk acara dengan skala besar seperti Ormaba, dana sebesar itu bahkan lebih besar dari itu bisa saja terpakai sebelum kegiatan berlangsung. Untuk apa saja? untuk banyak hal, semisal pembayaran uang ta’min gedung, uang pangkal konsumsi peserta, dekorasi, akomodasi, dan lain sebagainya. Ini sangat lumrah.

Saya berikan sedikit ilustrasi, estimasi peserta Ormaba tahun ini 800 orang. Jika biaya konsumsi per-orangnya 60 EGP, maka total biayanya adalah 48.000 EGP untuk satu hari. Ormaba tahun ini diadakan dua hari, maka hampir 100.000 EGP dana yang dikeluarkan untuk konsumsi peserta saja. Belum termasuk tamu-tamu undangan, panitia, dan lain-lain. Dengan demikian, dana lebih dari 40.000 EGP yang dikeluarkan sebelum acara ormaba digelar sangat masuk akal. Saya kira siapa saja yang pernah mengurusi dan terlibat dalam hal demikian tentu paham. Terkadang memang kita sering kurang tepat membedakan antara sesuatu yang tidak masuk akal dan yang belum kita pahami dengan baik. Budi duduk dan tidak duduk dalam satu waktu, itu tidak masuk akal. Akal yang sehat tentu tidak menerima pernyataan tersebut.

Bagaimana Dana Abadi Keluar dari Brankas

Salah satu sumber pengetahuan yang valid adalah panca-indra. Saya akan menceritakan bagaimana dana abadi itu keluar dari brankas dengan kapasitas saya sebagai saksi mata.

Pada 16 Februari lalu, saya dan teman-teman Badan Pengurus Harian (BPH) PPMI tengah sibuk menyiapkan draft LKS yang akan segera diserahkan ke MPA PPMI di salah satu kafe saat salah seorang panitia Ormaba menghubungi. Mereka mengabarkan bahwa telah menunggu Khalid (red : bendum) di depan Wisma untuk menerima uang 100.000 EGP yang akan digunakan untuk membayar uang pangkal kepada para penyedia konsumsi di acara nanti. Namun, belum ada tanggapan lanjutan dari Khalid. Saya bergegas kembali ke Wisma Nusantara dan membangunkan Khalid yang ternyata ketiduran.

Selanjutnya, saya mengobrol dengan beberapa panitia di ruang Head Office PPMI sembari menunggu datangnya Khalid membawa uang yang akan diserahkan ke panitia. Selang beberapa menit, Khalid datang membawa sekantong uang dengan jumlah 100.000 EGP yang belakangan saya ketahui bahwa 40.000 EGP-nya berasal dari dana abadi. Keputusan Khalid–berdasarkan pengakuannya– membuka brankas dana abadi dan mengambil 40.000 EGP untuk diberikan kepada panitia Ormaba berangkat dari tidak tersedianya uang tunai sejumlah yang diperlukan. Sementara dana kas kegiatan PPMI lainnya masih dalam bentuk dollar dan rupiah. Saat itu itu sudah larut malam.

Malam itu, saya tidak tahu sama sekali bahwa sebagian uang yang diberikan ke panitia Ormaba merupakan dana abadi. Namun setelahnya, ada dua indikator yang membuat saya yakin bahwa–menurut pengakuan Khalid– itu adalah dana abadi; pertama, uang berbentuk pecahan seratusan. Kedua, diikat karet berwarna kuning yang sudah kendor. Berdasarkan kesaksian beberapa orang, itu adalah ciri-ciri uang yang tersimpan di kas dana abadi. Artinya, dana abadi sebesar 40.000 EGP yang jadi buah bibir belakangan ini dialokasikan sementara waktu untuk keperluan Ormaba dan tidak sepeserpun digunakan untuk kepentingan pribadi seperti yang menjadi dugaan beberapa pihak. Adapun pernyataan Khalid yang sempat berubah berangkat dari tekanan psikologis pada saat audit keuangan oleh verifikatur dan Depim MPA-BPA. Ia merasa jika mengatakan bahwa dana abadi yang berkurang digunakan untuk keperluan pribadi, maka masalah akan cepat selesai, setidaknya untuk saat itu.

Meneruskan apa yang disampaikan oleh BPA PPMI Mesir pada konferensi pers hari ini (10/03) di Baruga KKS Mesir, bahwa Khalid telah meminjam dana kegiatan untuk keperluan pribadi, sementara ia menyalahgunakan dana abadi untuk menutupi kekurangan dana kegiatan tersebut. Beberapa hari setelah audit keuangan, Khalid telah mengembalikan pinjamannya dan memasukkan uang tersebut ke brankas bersama verifikatur. Sehingga dana abadi saat ini sudah sesuai dengan catatan sebelumnya.

Sikap PPMI Mesir

Presiden dan Wakil Presiden PPMI Mesir selaku pemangku kebijakan tertinggi Dewan Pengurus PPMI Mesir bersama Jajaran MPA-BPA PPMI berkomitmen untuk menyelesaikan kasus ini secara adil. Presiden dan Wakil Presiden pun menyampaikan permohonan maafnya atas apa yang terjadi belakangan. Mereka juga berkomitmen untuk mengikuti segala proses yang dijalankan oleh BPA PPMI dan me-reshuffle saudara Khalid dari jabatannya.

Satu hal yang perlu kita semua akui, tidak ada pengelolaan administrasi di organisasi mana pun yang sempurna tanpa celah. PPMI Mesir pun demikian. Kami selalu terbuka terhadap kritik, saran, dan upaya publik dalam melakukan pengawasan terhadap DP PPMI Mesir. Apa yang sudah terjadi tentu menjadi evaluasi besar bagi DP PPMI, khususnya pengurus bersangkutan. Kedepannya kita berharap adanya undang-undang yang mengatur dan mengikat terkait mekanisme penggunaan keuangan PPMI Mesir agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Tindakan serta keputusan yang bijak dan dibutuhkan untuk situasi seperti sekarang ini sedang dipikirkan oleh para pemangku kebijakan

Editor: Tenra Septu Amin

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad