Informatika Mesir
Home Analisis Ringan Literasi Jadi Perintah Pertama dalam Al-Qur’an?

Literasi Jadi Perintah Pertama dalam Al-Qur’an?

Sc: pexels.com

Informatikamesir.com, Kairo – Hari Literasi Internasional atau Hari Aksara Internasional diperingati setiap tanggal 8 September. Hal ini ditetapkan oleh UNESCO pada 17 November 1965 sebagai peringatan untuk menjaga pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas, dan masyarakat.

Jauh sebelum UNESCO, Islam telah menyampaikan urgensi literasi, sampai-sampai hal tersebut menjadi wahyu yang pertama kali diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebelum wahyu tentang hukum-hukum yang lain. Pada sejarahnya, wahyu yang pertama kali diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. adalah Surah Al- ‘Alaq ayat satu sampai lima yang diawali dengan kata iqro’ yang berarti “Bacalah!”

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan; (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; (2) Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah; (3) Yang mengajar manusia dengan perantaraan pena; (4) Mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya (5).”

Dalam Tafsir Al-Quran Al-Karim, Tafsir atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu karya M. Quraish Shihab (Pustaka Hidayah, 1997) disebutkan kata iqro’ mengambil dari akar kata yang bermakna menghimpun, yang berlanjut dengan melahirkan beberapa makna lain seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca, baik teks tertulis maupun tak tertulis.

Tetapi kita tahu bahwa pada wahyu pertama tersebut, kalimat yang datang setelah kata iqro’ bukanlah objek tertentu yang menunjukan perintah kepada kita untuk membacanya. Dengan demikian, penafsiran makna iqro’ dapat meluas ke berbagai hal dan aspek. Artinya kita sebagai muslim diperintahkan untuk membaca, menelaah, mendalami, dan meneliti berbagai macam hal, ilmu, atau tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di dunia ini dengan tujuan akhir yaitu kembali kepada-Nya.

Selanjutnya masih dalam seputar literasi, tentunya tidak terlepas dengan menulis. Dan hal tersebut telah disebutkan juga pada ayat keempat dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw. Secara eksplisit Allah Swt. menyebut kata Qolam yang memiliki arti pena. Hal ini bisa dimaknai secara tidak langsung di sini Allah memerintahkan kita untuk menulis, dengan menyebutkan alat yang digunakan untuk menulis berupa pena. Sebagaimana Allah telah mengajarkan manusia dengan (perantara) pena (QS. Al-‘Alaq ayat 4).

Pada era digital saat ini makna mengajarkan dengan pena tentu tidak harus dimaknai menulis dengan pena an sich (red: pena secara harfiah), tetapi juga dapat diterjemahkan dengan penggunaan smartphone, mesin ketik, komputer, dan media-media lain yang bisa digunakan untuk menulis.

Di sisi lain, data dari Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022 menunjukkan bahwa tingkat literasi di Indonesia menurun.  Indonesia meraih skor 359 untuk kemampuan literasi membaca dan berada di peringkat 71 dari 81 negara. Artinya, masih ada PR besar bagi Indonesia -terutama kita sebagai kaum muda- untuk mendorong literasi agar sejalan dengan spirit wahyu yang pertama kali diterima Nabi Muhammad saw. Jadi, jika perintah pertama dalam Al-Qur’an saja tentang literasi, mau sampai kapan kita bermalas-malasan dalam berliterasi? Bukankah kita sering mengaku sebagai ummat yang ingin selalu ittiba’ pada beliau? Wallahua’lam.

Reporter: Ahmad Uways Adzdzikro

Editor: Atsilla Yusya Arrizky

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad