Informatika Mesir
Home Aktualita Hadir Sebagai Pemateri Dalam La Tansa Webinar, Suharto: Santri dan Literasi Tidak Bisa Dipisahkan

Hadir Sebagai Pemateri Dalam La Tansa Webinar, Suharto: Santri dan Literasi Tidak Bisa Dipisahkan

Ilustrasi Webinar La Tansa (Doc: Defri)

Informatikamesir.net Kairo – Bertepatan dengan momentum Hari Santri Nasional, Ahmad Suharto, M.Pd.I selaku pemateri dalam webinar yang bertemakan Dakwah dan Literasi ala santri mengungkapkan bahwa, tradisi literasi dan dakwah terutama untuk santri adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan.

“Kita bersyukur berada di Gontor, untuk mengenal dan mencintai literasi melalui  keteladanan langsung dari pendiri Gontor,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Putri I ini.

Beliau mengungkapkan bahwa Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi adalah pembaca yang luar biasa. Bahan bacaannya bukan hanya bersumber dari buku, tetapi juga situasi dan keadaan, prospek masa depan, tantangan dan membaca pondok.

“Maka ketika berkunjung ke sebuah lembaga pesantren, katakanlah beliau berada di situ kurang lebih 5 menit, sudah banyak kesimpulan yang ia peroleh. karena kemampuan beliau dalam menyerap dan membaca situasi dan dinamika dengan cepat,” tambah Ahmad Suharto.

Dalam webinar tersebut ia juga memaparkan bahwa santri dengan keilmuan keislaman dan kemasyarakatan tidak bisa dipisahkan, santri di manapun berada memiliki kewajiban berdakwah, hal tersebut salah satu bentuk tahadust bi nikmah.

“Nikmat Iman dan Islam itu harus kita dakwahkan agar orang lain juga bisa menikmati manisnya Iman dan indahnya Islam. Maka semangat untuk berdakwah itu harus kita miliki,” ujar penulis buku Senarai Kearifan Gontor ini.

Menurut Ahmad Suharto, ada beberapa metode dalam menyampaikan dakwah, sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Nabi. Dakwah billisan seperti ceramah dan mengajar, dakwah bil qolam yaitu dengan tulisan sebagaimana Nabi mengirim surat kepada raja-raja dan lain sebagainya dalam menyeru agama Islam, dakwah bil hal, yaitu akhlak.

Selain itu, Ahmad Suharto juga menyinggung para masisir untuk terus berjuang dan bisa mengoptimalkan waktu, mengendalikan diri dari kemalasan dan lingkungan. Seyogyanya memiliki keunggulan dan mampu berkompetisi menjadi orang yang berkualitas.

“Berbeda antara yang selesai dengan yang tidak selesai, ibarat kita naik kereta berbeda yang turun ditengah jalan dan di stastiun,” tambahnya.  

Tidak lupa pula ia menegaskan bahwa dakwah itu membangun bukan merusak. Memberikan inspirasi dan mencerahkan. Menghidupkan bukan mematikan.

“Dakwah itu seperti air hujan. Maka bumi berdinamika lalu hidup, subur, dan memancarkan mata air. Demikian pula dakwah mampu mencerahkan, mensupport masyarakat untuk lebih senang beramal sholeh, khusyuk dalam beribadah dan mencintai Islam bukan malah menimbulkan kerancuan,” tutupnya.

Reporter: Indri Raisa Hanum

Editor: Muhammad Adisurya Pahlawan

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad