Informatika Mesir
Home Hard News Dekan Kuliah Ushuluddin Mengadakan Pertemuan Khusus bersama Mahasiswa Wâfidîn

Dekan Kuliah Ushuluddin Mengadakan Pertemuan Khusus bersama Mahasiswa Wâfidîn

Foto saat pertemuan Dekan Ushuluddin bersama perwakilan mahasiswa wâfidîn. (Foto Umar Sahri)

Kairo, Informatika Mesir — Dekan kuliah Ushuluddin mengadakan pertemuan khusus bersama para mahasiswa wâfidîn pada Ahad (05/11) di Auditorium Syekh Abdul Halim Mahmud Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.  Syekh Abdul Fattah Abdul Ghaniy Al-‘Awariy sebagai Dekan memberikan sambutan umum kepada seluruh mahasiswa yang hadir. Pada pertemuan ini ia membahas terkait permasalahan-permasalahan mendasar yang dialami oleh para mahasiswa—terkhusus wâfidîn—sehingga bisa menjadi evaluasi ke depannya.
Pertemuan itu, dihadiri oleh beberapa Dekan dan dosen kuliah, di antaranya Syekh Abdul Aziz, Syekh Jalaluddin Ismail dan Syekh Mahmud serta para mahasiswa yang berasal dari belahan dunia. Pada kesempatan kedua, Syekh Abdul Fattah Al-‘Awariy mempersilahkan kepada Syekh Jalaluddin Ismail untuk memberikan sambutan kedua kepada para mahasiswa. “Saya yakin bahwa kalian semua mencintai negeri kalian dan akan mengamalkanya di kemudian hari.”
Sesi selanjutnya, Syekh Abdul Fattah Al-‘Awariy—yang memimpin jalannya acara—memberikan kesempatan kepada seluruh mahasiswa yang hadir, terkait cakupan permasalahan yang terjadi sekarang ini, baik pembelajaran di kuliah atau hal lain yang berkaitan dengan sistem belajar mengajar.
Pada kesempatan pertama, datang dari salah satu mahasiswa tingkat tiga Ucu Aulia jurusan Akidah Filsafat, ia memberikan pertanyaan terkait keterlambatannya muqarrar (diktat kuliah) yang lama keluar, sehingga terkadang menyulitkan sebagian mahasiswa dalam memahami perkataan Dosennya. Belum lagi Dosennya yang memakai bahasa Ammiyah, yang mana akan terasa sulit bagi mahasiswa yang berada pada tingkat pertama. Karena sekiranya ketika muqarrar (diktat kuliah) cepat keluar, maka akan memudahkan mahasiswa membaca sebelum memasuki ruang kelas.
Kemudian, pertanyaan lainnya disusul oleh para mahasiswa dari berbagai Negara, semisal Thailand, Sinegal, Ghana dan Indonesia, yang pada intinya mengarah kepada beberapa permasalahan, yaitu ijra’ât (proses pengurusan administrasi), kelas yang mendadak pindah ke tempat lain, sebagian mahasiswa yang kurang mampu membeli muqarrar (diktat kuliah), Iqâmah (perpanjang visa) dan tashdîq serta natijah (nilai akhir kuliah).
Pada akhir kesempatan, didapati oleh mahasiswa tingkat dua Arif Mughni sebagai ketua Senat Ushuluddin, sebelum memasuki pertanyaannya, ia mewakili teman-teman Fakultas Usuluddin meminta agar menyampaikan salam kepada Syekh Ahmad Thaiyyib selaku Grand Syekh al-Azhar.
“Apakah yang menjadi permasalahan, ketika teman kami yang ketika itu membawa dua mata pelajaran, tetapi pada awalnya salah satu mata pelajarannya dengan nilai jayyid namun setelahnya berubah menjadi dhaif jiddan, sehingga mengakibatkan ia rasib (gagal).” 
Syekh Abdul Fattah Al-‘Awariy, menaggapi hal itu, ini terjadi karena yang memeriksa kurang teliti dan perealisasiannya terkadang menjadi salah, yang kemudian mengakibatkan kesalahan peletakan nilai.
Rep. Umar Sahri

Red. Abdul Fatah Amrullah

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad