Informatika Mesir
Home Aktualita Azhari Modal Sontekan, Adakah?

Azhari Modal Sontekan, Adakah?

Sumber: https://www.kibrispdr.org/unduh-11/gambar-menyontek-saat-ujian.html

Informatikamesir.net, Kairo — Sehubungan dengan diselenggarakannya ujian semester ganjil tahun ajaran 2022-2023 di Universitas al-Azhar Kairo, para mahasiswa sibuk belajar sembari menguatkan ibadah-ibadah hariannya sebagai bentuk ikhtiar kelulusan.

Namun berbeda dari mayoritas pelajar lainnya, seorang mahasiswa dari jurusan Usuluddin memilih sebuah cara tersendiri di tahun pertama perkuliahannya. Pada Sabtu, (14/01/2022), dalam dingin udara Januari yang menggigit, mahasiswa baru ini memanfaatkan tisu sebagai sarana baginya untuk membawa sontekan ke dalam ruang ujian Mazallah Gharbiyah nomor 109.

Sayang beribu sayang, seorang dosen yang sedang berkeliling mengawasi jalannya ujian materi Ulumul Qur’an ini menangkap basah aksinya. Dengan marah, disobeknya kertas ujian mahasiswa itu. Ketika ditanya, ternyata mahasiswa baru ini berasal dari Indonesia.

Dosen tersebut mengancam mahasiswa ini dengan hukuman skorsing selama dua tahun. Kendati demikian, masalah ini tidak diperpanjang dan sang mahasiswa disuruh pulang begitu saja.

Dalam tanggapannya saat diwawancarai oleh Informatika, Rizky Kurniawan sebagai wakil ketua Senat Mahasiswa Fakultas Usuluddin (SEMA FU) mengungkapkan bahwa ini adalah kejadian yang jelas-jelas memalukan.

“Al-Azhar punya puluhan ribu mahasiswa, dia ngga bakal ingat namamu kecuali kamu dari negara mana,” geramnya.

Rizky juga merasa bahwa perilaku menyontek ini mirip dengan kelakuan iblis.

“Menurut saya, (perilaku) orang yang suka nyontek ini mirip-mirip kelakuan iblis sama pengikut-pengikutnya yang suka ngintip Lauhul Mahfudz demi seorang dukun,” celetuk Rizky.

Meski belum ada peraturan tertulis dari al-Azhar mengenai hukuman bagi mahasiswa yang ketahuan menyontek, kasus di atas harusnya bisa menjadi pelajaran bagi setiap mahasiswa yang peduli akan masa depan dirinya, negara dan agamanya.

“Belum ada peraturan tertulis, jadi hukumannya bisa berubah sesuai perubahan kepemimpinan birokrasi atau sesuai duktur-duktur (Red-dosen-dosen) yang menentukan,” jelas Rizky.

Masih pada pagi hari yang sama, mahasiswa Indonesia berinisial F bercerita tentang hal mengganggu yang dialaminya sendiri ketika sedang mengerjakan ujian materi Ulumul Qur’an di ruangan nomor 102 gedung perkuliahan Usuluddin.

Seorang mahasiswa berinisial S dari negara yang sama duduk di belakang bangkunya dan beberapa kali mengetuk meja sembari berbisik samar “Ustadz (panggilan di antara para mahasiswa di Mesir), jawaban soal ketiga nomor ini apa?”

Karena diabaikan, mahasiswa S yang diketahui juga sebagai penerima beasiswa al-Azhar ini pun beberapa kali mencoba bertanya lagi meski tak membuahkan hasil hingga akhir.

Ana (Red-saya) tetap diam aja, ana langsung tinggalin dia setelah selesai (memeriksa jawaban ujian),” tutur F.

Kepada Informatika, F juga bercerita bahwa dia merasa kaget dan risi.

“Kok berani banget, padahal masih tingkat satu,” ungkap F.

Itu hanyalah beberapa contoh kasus yang ketahuan dan berani disuarakan. Meski banyak juga dari musim-musim ujian sebelumnya tersebar tawaran menjadi joki ujian al-Azhar dengan bayaran materi dan tarif tertentu. Tawaran ini tentu tidak akan pernah berani disebar jika tidak yakin akan adanya peminat.

“Ada banyak (joki), kalau sekarang kurang tau saya,” ungkap Rizky.

Menurut Rizky, fenomena kemunculan joki ujian al-Azhar adalah simbol dari pengkhianatan dan ketidakjujuran kepada al-Azhar.

“Kalau memang ndak bisa ikut ujian, universitas menyediakan regulasi-regulasi untuk izin dengan alasan-alasan yang berdasar, kalau alasannya ndak berdasar harusnya siap menerima konsekuensi,” putusnya.

Mahasiswa al-Azhar lainnya mengatakan bahwa sontek-menyontek adalah masalah yang banyak terjadi.

Ngga dia aja, kelihatan beberapa orang ada yang nyontek, ada yang keciduk tulis catatan di lengan jaketnya,” ujar mahasiswa berinisial N ini.

Karena sudah menjamur budaya “lulus modal rekaman (suara dosen)” atau “lulus modal talkhisan (Red-ringkasan pelajaran)” di antara Masisir, akankah kejadian ini dapat mengilhami lahirnya budaya baru berikutnya yaitu “lulus modal sontekan?”

 

Reporter: Muhammad Fachry

Editor: Saudah Tsabita

Comment
Share:

4Comment

  1. A newspaper is not just for reporting the news as it is, but to make people mad enough to do

    something about it. (Mark Twain)

  2. Baiknya berita seperti ini tidak dijadikan bahan konsumsi publik. Dengan menyebar berita seperti ini sama artinya Anda memperburuk citra mahasiswa al Azhar asal Indonesia, secara tidak langsung.

  3. Membagikan cerita ini sehingga menjadikan pembelajaran dan peringatan buat khalayak umat masisir memang baik dan harus, tapi bukan berarti plek ketiplek kejadian harus diceritakan apalagi menggunakan bahasa yang tidak biasa dan tidak elok didengar. Mohon kiranya admin dan tim mempertimbangkan untuk hal semacam ini agar tidak terjadi masalah baru -niatnya memberikan peringatan tapi melahirkan respon yang tidak baik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad